Movie Review and Synopsis : Coco (2017)
** This post contains major spoilers of the movie **
Augustus Waters dari
novel The Fault in Our Stars berkata
bahwa ketakutan terbesarnya adalah dilupakan. Ketika kita telah dilupakan oleh
orang – orang terdekat dan orang – orang yang pernah mengenal kita, saat itulah
kita “menghilang”. Kira – kira begitulah tema film keluaran Disney Pixar
berjudul Coco ini. Film yang baru selesai saya tonton kurang dari satu jam yang
lalu. Coco begitu berkesan bagi saya, dan film ini adalah film Disney ketiga
yang membuat saya meneteskan air mata, setelah Up (2009) dan Inside Out
(2015). Believe me, saya jelek banget nangisnya pas nonton film ini, hehe.
Lalu, apa atau siapakah
Coco, yang digunakan sebagai tajuk film ini? Coco adalah nenek buyut Miguel Rivera,
bocah lelaki karakter utama film ini. Miguel adalah seorang bocah asal Mexico
yang lahir ditengah keluarga perajin sepatu. Ia memiliki keluarga yang cukup
besar; ada Papa, Mama dan calon adiknya (di awal cerita mama Miguel sedang
mengandung), ada paman, bibi dan beberapa saudara sepupunya, ada abuelita (nenek, dalam bahasa Spanyol)
dan Mama Coco, ibu dari abuelita. Mama Coco sudah sangat tua dan
tidak banyak merespon ketika Miguel berbicara dengannya, tetapi, Miguel tetap
bersemangat menceritakan apa saja kepada Mama Coco.
Walaupun terlahir di
keluarga perajin sepatu, keluarga Rivera memiliki leluhur yang berdarah seni,
seorang musisi. Namun, musisi misterius yang fotonya telah dirobek dari foto
keluarga itu telah dilupakan karena meninggalkan istri dan anak perempuannya
(Mama Coco) demi mengejar cita – citanya
menjadi musisi yang bernyanyi untuk dunia. Sang istri, Imelda, bertekad
membesarkan putrinya dan melanjutkan hidup dengan belajar membuat sepatu. Ia
terus mengajarkan ilmu membuat sepatu kepada anak cucunya. Imelda juga melarang
anak cucunya bermain musik karena rasa sakit hatinya kepada sang suami.
Walaupun keluarga Rivera,
terutama abuelita, melarang keras
adanya musik di keluarga mereka, Miguel sangat tertarik dengan musik dan diam –
diam belajar bermain gitar dari video dan rekaman lagu – lagu musisi idolanya,
Ernesto de la Cruz yang sangat terkenal, hingga setelah kematiannya, dibangun
sebuah monumen untuk mengenang sang musisi. Hasrat bermusiknya semakin
bertambah ketika Miguel mendengar akan ada sebuah ajang pencarian bakat di
dekat tempat tinggalnya. Miguel dengan takut – takut meminta ijin orang tuanya
untuk datang ke acara tersebut, namun mereka melarang.
Keluarga Rivera memiliki
sebuah ruang khusus yang disebut ruang Ofrenda
untuk menghormati anggota keluarganya yang telah tiada. Mereka memasang foto –
foto para leluhur di ruangan tersebut dan menaruh bunga serta makanan dan benda
– benda kesukaan untuk arwah leluhur mereka. Setiap tahun pada perayaan Dia de los Muertos, mereka percaya
ritual memasang foto dan lain – lain tersebut akan membantu para leluhur mereka
untuk menyeberangi jembatan antara Land
of the Living dan Land of the Dead
agar para leluhur bisa mengunjungi anggota keluarga mereka yang masih hidup.
Foto keluarga Imelda terpasang disitu, walaupun bagian wajah suaminya dirobek.
Miguel sangat penasaran
akan kakek buyutnya yang dihilangkan dari foto keluarga itu. Dan ketika tanpa
sengaja foto keluarga Imelda jatuh dan pecah, Miguel memperhatikan foto
tersebut dan menemukan bagian terlipat yang menunjukkan foto sebuah gitar, sama
persis seperti gitar idolanya. Miguel pun menyadari bahwa de la Cruz adalah
kakek buyutnya. Ia pun memberi tahu seluruh keluarga atas penemuannya itu.
Namun keluarganya malah memarahinya dan mereka akhirnya mengetahui bahwa Miguel
diam – diam bermain musik. Marah ketika sang nenek menghancurkan gitar
miliknya, Miguel kabur menuju tempat acara ajang bakat dan nekat mendaftarkan
dirinya. Karena Miguel datang tanpa alat musik, ia belum bisa mendaftar. Iapun
mencari pinjaman gitar kesana – kemari, namun tanpa hasil. Akhirnya Miguel
nekat masuk ke makam Ernesto de la Cruz untuk meminjam gitar legendarisnya. Ia
ketahuan, saat coba memainkan gitar itu. Namun ketika orang – orang masuk untuk
menangkap pencuri gitar de la Cruz, mereka tidak bisa melihat Miguel. Ia telah
menjadi arwah. Miguel berlari menembus kerumunan orang yang datang ke makam di
malam Dia de los Muertos.
Bocah lelaki yang
ketakutan itu tanpa sengaja terperosok jatuh ke sebuah lubang makam. Seorang
wanita berusaha menyelamatkan Miguel, namun
ketika ia berhasil keluar dan melihat sang wanita, wanita itu ternyata berwujud
tengkorak! Seluruh makam dipenuhi arwah – arwah berwujud tengkorak. Miguel
berlari ketakutan dan menabrak seorang (?) arwah. Arwah tersebut dan beberapa
arwah lainnya mengenali Miguel dan berkata bahwa mereka adalah keluarganya.
Mereka bingung karena Miguel bisa melihat mereka dan telah berwujud arwah.
Arwah keluarga Miguel pun membawanya ke Land
of the Dead untuk menemui Imelda,
yang saat itu tidak bisa menyebrang dan kemungkinan bisa membantu Miguel.
Begitu menarik bagaimana film animasi ini menggambarkan dunia arwah dan dunia
manusia menurut tradisi orang Meksiko.
Miguel juga berpapasan
dengan Hector, seorang arwah yang tidak bisa menyebrang karena tidak ada
seorang pun yang memasang fotonya. Miguel pun bertemu mama Imelda dan mereka
pergi ke petugas penyebrangan arwah (ada ya hal seperti itu? Hihihi) dan
mencari tahu permasalahannya. Miguel menjadi arwah karena telah mencuri sesuatu
milik orang yang sudah meninggal. Sang petugas pun meminta Imelda untuk memberi
Miguel restu dengan membawa kelopak bunga marigold, agar Miguel dapat pulang ke
dunia manusia. Imelda yang mengetahui bahwa Miguel sedang mencari kakek
buyutnya, selain memberi restu juga memberi syarat, Miguel bisa kembali tetapi
harus berjanji untuk tidak bermain musik. Miguel agak keberatan namun tetap
menerima kelopak bunga tanda restu itu. Miguel pun kembali ke dunia manusia
namun tetap nekat ingin meminjam gitar de la Cruz. Karena telah melanggar
janji, Miguel kembali ke dunia arwah. Imelda protes karena belum lama setelah
kembali dari dunia arwah, Miguel sudah melanggar syaratnya.
Miguel bertekad mencari
arwah de La Cruz untuk mendapat restu dari sang kakek buyut untuk terus
bermusik, sebelum matahari terbit keesokan harinya. Dengan dibantu Hector, ia berusaha
menemui sang musisi. Namun, ketika akhirnya berhasil bertemu dengannya,
ternyata de La Cruz tidak sebaik reputasinya. Sang musisi meracuni partner
bermusiknya, yang ternyata adalah Hector agar dapat mengambil lagu – lagu ciptaannya,
karena saat itu Hector ingin berhenti bermusik. Hector pun meninggal tanpa ada
yang mengingatnya.
De La Cruz mengurung
Miguel dan Hector agar tidak bisa kembali ke jembatan. Hector bercerita bahwa
ia ingin menyebrang ke dunia manusia demi melihat putrinya yang bernama Coco,
dan lagu “Remember Me” yang
dinyanyikan De La Cruz ia ciptakan untuk Coco. Dan satu – satunya alasan Hector
masih berada di dunia arwah adalah karena Coco masih mengingatnya. Walaupun,
ingatan Coco mulai memudar karena usianya yang sudah sangat tua. Miguel
akhrirnya menyadari bahwa Hector-lah kakek buyutnya.
Arwah keluarga Miguel,
yang sedari tadi mencarinya datang menyelamatkan mereka dan Imelda akhirnya
bertemu dengan Hector, suaminya yang telah pergi lama. Imelda masih marah pada
Hector walaupun Hector sudah menjelaskan kejadian sebenarnya, namun ia mau
membantu Hector, mengirim kembali Miguel ke dunia manusia dan memasang foto
Hector di Ruang Ofrenda agar Hector dapat kembali diingat.
Miguel akhirnya kembali
kedunia manusia dan berusaha membuat Coco ingat dengan ayahnya. Miguel
memainkan lagu “Remember Me” dihadapan sang nenek buyut dan iapun mengingat
semuanya. Coco bercerita bahwa ketika ia masih kecil, ayahnya sering memainkan
lagu itu untuknya. Coco juga masih menyimpan surat – surat dari Hector dan
robekan foto wajah sang ayah.
Film ini diakhiri dengan
flash-forward setahun kemudian, Miguel menggendong adik peremuannya dan
bercerita tentang anggota keluarganya kepada sang adik. Ia berkata bahwa mereka
harus tetap mengingat anggota keluarga mereka, walaupun mereka telah tiada.
Coco telah meninggal dan dapat bertemu sang ayah di dunia arwah. Miguel tetap
bermusik karena abuelita telah
memberinya ijin untuk bermusik.
This is the most
heartfelt animated movie in 2017, for me. Emosi dan perasaan kita seakan
dimainkan dan dibuat terharu dengan adegan – adegannya. Khas Disney, dalam film
ini juga banyak ditampilkan unsur komedi dan petualangan seru. Adegan favorit
saya adalah ketika Hector memainkan lagu “Remember Me” untuk Coco kecil, sangat
manis dan mengharukan. Salah satu ciri khas Disney yang mulai tampak beberapa
tahun belakangan adalah mengangkat cerita dari berbagai budaya dan negara,
seperti pada Frozen (2011) yang mengangkat budaya Denmark, Moana (2016) yang
mengangkat budaya Hawaii, dan kini Coco dengan budaya Mexico-nya. Anak – anak dapat
mengetahui kebudayaan dunia melalui film – film favorit mereka. Saya jadi
berpikir, kapan film – film animasi budaya Indonesia akan mendapat exposure yang besar agar anak – anak Indonesia
bisa lebih mengenal budaya negrinya sendiri melalui media yang mereka sukai.
Overall, saya beri rating film in 9/10. Selamat menonton!
Wah jadi pengen nonton film nya mba. Aku gabisa bayangin gimana masuk dalam dunia lain dan sampai akhirnya mengingatkan pada orang2 yg udah ninggalin kita. Keren sepertinya film e🖒🖒
BalasHapusSemoga bisa segera nonton ya mbak :) memang Disney imajinasinya luar biasa mbak, cerita-ceritanya dibuat semenarik mungkin buat anak-anak dan bagiku itu keren banget! terima kasih sudah mampir dan membaca :)
HapusI like your review dan sentilanmu di kalimat-kalimat akhir nov. . Semoga suatu saat kebudayaan kita yang kaya ini dapat perhatian dari animator kita sendiri... Btw somehow pas baca review ini tiba-tiba aku keinget film "the book of life" yang nyeritain kebudayaan mexico juga... Persis seperti ini. . Ada the land of forgotten , the land of remembered dan kisah apik terkait keduanya... That's great anyway...
BalasHapusDan btw, menulis adalah salah satu cara agar kita bisa selalu diingat behehe... So keep on writing good stuff like this ya 😊
Thank you Man :) aamiin.. semoga ya.. pengen banget media pengenalan budaya Indonesia untuk anak-anak hidup lagi. Iyaa Man, unik dan lucu banget penggambaran tradisi Mexico di film ini. Wahh, aku blm nonton The Book of Life, nanti coba nonton ah!
HapusHalo Nova. Coco menurutku memang film animasi dengan penggambaran latar belakang budaya yang menarik setelah Moana. Tulisanmu bagus banget! Dan aku yakin siapapun yang belum pernah nonton Coco akan lansgung tertarik untuk nonton setelah baca reviewmu. Btw, Coco 6 hari yang lalu menang Oscar sebagai film animasi terbaik! Layak banget!!
BalasHapusWahh terima kasih Mbak Linda! Iya mbak, aku setuju banget. Dan selain filmnya, original soundtracknya, Remember Me, juga menang the best original soundtrack. Totally deserved it! Terima kasih sudah membaca ya mbak :)
HapusAku baru nonton film ini juga Nov, dan aku nangis juga hehe
BalasHapusPersis seperti yang kamu tulis Nov, aku jadi inget lagi detail2 filmnya dan pengen nonton lagi, semoga ga nangis lagi~
Hehe.. aku malah masih nangis tiap nonton adegan Hector main gitar dan nyanyi untuk Coco :') film ini memang top deh! Terima kasih sudah membaca ya Res :)
Hapusnov, maksih reviewnya. seru bnget setting ceritanya. bagi saya film animasi adalah bntuk film yg tdak membosankan, mencairkan suasana dan pikiran. keep writting.
BalasHapusSama sama Mas, terima kasih juga sudah membaca :) nah, betul mas. Karena itu animasi emang pas banget buat promosi budaya, secara nggak sadar kita belajar budaya dengan cara yang santai dan menyenangkan..
HapusKeren reviewnya, jadi gak sabar nonton filmnya mbak :D
BalasHapusSemoga bisa cepat nonton mas :) terima kasih sudah membaca :)
HapusAku minta filmnya, jadi pengen Nonton. Good review Nov. Spoiler bgt Buat yg blm nonton. Wkwk
BalasHapusBoleh - boleh Can :D I might reveal too much ya disini hehe? emang sama sinopsis lengkap sih.. makasih udah baca Can :)
Hapusaahhh..... selain drakor, aku suka sekali nonton kartun/animasi. bahkan sampai saat ini, aku masih sering nonton upin ipin, spongebob, atau animasi tv national lainnya. kadang orang rumah protes, karena acaranya juga diulang-ulang, tapi aku masih tetap suka.
BalasHapuskalau soal baper, nonton animasi lebih bikin baper dari pada drakor. gak ada satupun garapan disney pixar yang gak bikin nangis. aku malah lebih nerima dibilang alay karena baper dari pada nggak bisa nangis nontoninnya....
aaaahhh... sweet post :*