TV Series Review and Opinion: The Brilliance of BBC Sherlock


Source: Google


Pernah bertemu dengan orang yang tampaknya diam saja tetapi sangat observant? Saya belum pernah bertemu langsung sih, tapi dari sebuah serial TV saya dapat menyelami kehidupan seorang yang sangat observatif. Saat itu, saya yang masih semester dua dan belum terlalu sibuk dengan tugas – tugas kuliah yang menggunung, sedang duduk santai di meja kantin sambil membuka laptop. Saya biasa browsing tentang apa saja ketika free atau sedang menunggu jam mata kuliah selanjutnya. Saat itu saya sendirian karena belum punya teman akrab, jadi teman akrab saya ya laptop dan wifi kampus hehe. Saya iseng – iseng mencari film atau serial TV yang menarik untuk ditonton. Dan ketemulah Sherlock. Awalnya, saya tahu sekilas tentang Sherlock Holmes karena saya suka membaca dan menonton Detective Conan. Sherlock Holmes adalah karakter novel favorit Sinichi Kudou a.k.a Conan. Ketika akhirnya menonton episode pertamanya yang berjudul “A Study in Pink” saya benar – benar tertarik.
 
Sherlock adalah serial TV keluaran BBC yang rilis pada tahun 2010. Serial ini adalah adaptasi dari novel – novel karya Sir Arthur Conan Doyle tentang seorang detektif swasta dan rekannya, seorang dokter militer. Uniknya, Sherlock bersetting modern, bukan 1800-an akhir seperti novelnya. Sherlock (Benedict Cumberbatch) adalah seorang detektif konsultan yang sering membantu memecahkan kasus – kasus kepolisian di London. Ia memiliki kemampuan deduktif yang luar biasa hebat. Dengan menggunakan logika, psikologi dan memperhatikan detil – detil kecil pada sebuah kasus, Sherlock bisa menyimpulkan kejadian sebenarnya dan motif dari sebuah kasus. 

Ia menyewa sebuah flat milik Mrs. Hudson yang terletak di 221B Baker Street. Dalam episode pertamanya, A Study in Pink (dari cerita Doyle yang berjudul A Study in Scarlet), Sherlock bertemu dengan John Watson (Martin Freeman), yang tertarik berbagi flat dengannya. John Watson takjub saat Sherlock menjelaskan dengan gamblang tentang asal – usul John hanya melalui pakaian, cara bicara dan tampilan luar ponselnya saja. Mereka terlibat dalam petualangan seru dalam memecahkan empat kasus pembunuhan berantai yang awalnya diduga sebagai bunuh diri berantai, karena para korban menelan sendiri pil beracun yang kemudian membunuh mereka. John yang mengalami post-traumatic disorder setelah pulang dari Afghanistan dan pola hidupnya berubah akhirnya menemukan semangat baru, dan teman satu flat yang unik. Mereka pun menjadi sahabat dan John selalu membantu Sherlock memecahkan kasus – kasus yang sulit dan menantang. 

Musuh Sherlock Holmes yang terkenal, yaitu James Moriarty juga dimunculkan disini. Diceritakan bahwa Moriarty adalah seorang konsultan kriminal yang membantu melancarkan banyak kejahatan besar, dan baginya, Sherlock adalah rival yang mampu menyamainya. Kakak Sherlock, Mycroft Holmes (Mark Gatiss) juga ditampilkan. Mycroft bekerja di pemerintahan Inggris dan sering membantu masalah yang menyangkut pemerintahan. Seperti adiknya, Mycroft juga memiliki kemampuan deduksi yang luar biasa.

Sejauh ini, ada empat season yang sudah dirilis dan terdapat tiga belas episode. Saya tidak bisa menceritakan bahkan meringkas cerita ketiga belas episode tersebut, karena setiap episode memiliki cerita yang berbeda dan sangat kompleks. Setiap episode memiliki “greget”nya sendiri – sendiri. Saya tidak pernah berhenti dibuat takjub pada setiap episodenya. Berbagai twists of events menjadi salah satu daya tarik dari serial TV ini. Saya mengacungkan empat jempol kepada Steven Moffat dan Mark Gatiss, creators sekaligus produser serial ini yang mengadaptasi dan mengemas cerita Sherlock Holmes dengan sangat brilian. 

Selain kekuatan cerita, karakter Sherlock sendiri juga merupakan sebuah daya tarik dari serial ini. Sherlock adalah seorang pemikir yang tidak banyak bicara namun sangat observatif. Ketika dia berpikir dan memproses segala informasi, dia akan diam saja dalam waktu yang tidak bisa ditentukan. Di season 3, ditunjukan bahwa diamnya Sherlock ketika berpikir adalah saat dimana ia memasuki “mind palace” nya. Disitulah Sherlock memetakan dan menghubungkan segala informasi dan fakta yang ia dapat. Dan penggambaran mind palace tersebut juga sangat apik, kadang berbentuk sebuah ruang sidang, lorong rumah bergaya klasik, atau hanya ruangan berdinding putih saja. Sherlock sendiri bukan seorang yang sosial. Ia tergolong introvert, mungkin. Kaku, blak-blakan dan kadang tampak tidak peka dengan sesuatu yang ia anggap tidak penting. Tetapi Sherlock mulai berubah setelah bertemu John. Bisa dibilang, John membawa Sherlock kembali ke sisi “manusia” nya, karena Sherlock digambarkan sebagai “mesin pemikir”. John juga menjaga sahabatnya itu agar tidak salah jalan dan lebih peka dan apresiatif terhadap orang – orang di sekitarnya.

Hal lain yang saya kagumi dari serial ini adalah keunikannya dalam mendeskripsikan cara Sherlock mengambil kesimpulan dari hasil observasinya. Segala hal yang muncul di pikiran Sherlock ketika sedang mengamati sesuatu ditampilkan dalam bentuk kata – kata singkat yang bergantian muncul dan hilang. Contoh: Sherlock bisa tahu kalau seorang wanita tidak bahagia dalam pernikahannya dengan melihat cincin kawinnya. Bagian luarnya kotor, sedangkan dalamnya bersih. Si wanita tidak merasa perlu membersihkan bagain luar cincinnya (simbol pernikahan) karena pernikahannya suah tidak berarti lagi baginya. Jadi kita juga diajak memahami cara berpikir Sherlock. Pikiran Sherlock bekerja sangat cepat. Ia juga berbicara dengan sangat cepat. Saya kadang harus menekan pause untuk memahami penjelasannya. Benedict Cumberbatch adalah seorang aktor brilian.

Salah satu observasi Sherlock (Source: Google)

Empat season, dalam tujuh tahun. Mungkin orang akan bertanya tanya, dalam tujuh tahun, mengapa hanya ada empat season dan tiga belas episode? Nah, suksesnya season 1 dan 2 serial ini membuat para aktornya mendapat sorotan dan apresiasi lebih dari sebelumnya. Benedict Cumberbatch yang kini berperan sebagai Doctor Strange mendapat berbagai tawaran bermain film. Begitu juga Martin Freeman yang bergabung dalam Marvel Cinematic Universe sebagai Everett Ross. Cumberbatch dan Freeman juga sebelumnya terlibat dalam film trilogi The Hobbit. Scheduling-conflicts inilah yang membuat Sherlock tidak bisa mengeluarkan season baru setiap tahun. Para Sherlockians harus menunggu dua tahun untuk season tiga dan menunggu kembali selama dua tahun untuk season 4. *I was totally fine :’)* Bayangkan, produser serial ini rela menunggu para aktornya untuk kembali bermain dalam serial ini. Namun sayangnya, serial ini tampaknya sudah tamat. Diakhiri dengan open ending pada season 4, saya awalnya yakin suatu saat Sherlock akan dilanjutkan. Tetapi sepertinya kemungkinannya kecil. 

Ketika ditanya, “adakah rekomendasi serial TV yang bagus dan menarik?”, saya pasti akan menjawab “Sherlock”.

Komentar

  1. Emang keren ya mba Sherlock holmes ini. Bener2 gak habis fikir ceritanya bisa kek gituπŸ˜…

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya mbak Ichal, cerita aslinya aja udah bagus mbak, dan di serial ini adaptasinya keren dan kreatif banget ❤ terima kasih sudah membaca mbak 😊

      Hapus
  2. saya beberapa kali menonton serial sherlock holmes, membuatku gelisah. hingga pada saat mata kuliah hermeneutik dan semeotik waktu saya kuliah, aku bertanya pada dosen, "pak, apakah setelah belajar hermeneutik dan semiotik saya bisa jadi Sherlock Holmes", dosenku bilang " Bisa", habis itu aku Bahagia.
    review yang sangat bagus.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Mas Said pernah nonton Sherlock berarti? Wahh sama Mas 😁 udah nggak pengen jadi Wiro Sableng nih? Hehe 😁 terima kasih sudah mampir ya Mas.

      Hapus
  3. Aku nonton beberapa kali film ini.. Emang bagus banget, dia bisa bikin penonton mikir, dan kaget sama twist2nya.. Mantab banget reviewnya...
    Btw kalo kamu punya film lengkapnya, boleh dong minta hehehe

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya Man.. seru banget nonton Sherlock 😊 thanks udah baca ya Man. Sayangnya serial fullnya ada di laptopku yg rusak. Tapi aku lagi berusaha ngumpulin lagi episode-episodenya.. nanti kalau udah dapet aku kabari deh.

      Hapus
  4. Sangat takjub dengan karakter tokoh Pak Sherlock ini mbak. Cara berpikir dan analisisnya dalam memecahkan kasus2 unik dan keren bangeet. Jujur, ak belum pernah nonton sih, gak terlalu hobi nonton movie soalnya, dan abis baca review-mu jadi kepingin nonton mbak...

    BalasHapus
    Balasan
    1. Seru mbak serial ini :) coba nonton mbak, recommended banget πŸ‘

      Hapus
  5. "Sherlock bisa tahu kalau seorang wanita tidak bahagia dalam pernikahannya dengan melihat cincin kawinnya"
    .
    ini mah, daeebbaak..... bukan karena kekuatan fantasi... keren .. keren...
    .
    aku cuma tau serial tv netflix. 13 reasons why......

    BalasHapus
    Balasan
    1. hehe... observasinya emang keren mbak. 13 reasons why katanya memang bagus. tapi aku blm nonton.. thanks ya mbak Elok :)

      Hapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Review: Gifted (2017)

What Happened to Monday? (2017) - Synopsis and Review

The Haunting of Hill House (2018)