Review dan Sinopsis film Pengabdi Setan
Source: Google |
Apa yang ada dalam benak anda jika
mendengar "film horror Indonesia"? Mungkin : kuntilanak pocong,
genderuwo dan kawan kawannya. Atau mungkin: adegan panas, aktris seksi dam
seterusnya. Menurut saya (dan mungkin sebagian penonton lainnya), perfilman
horror Indonesia sempat menurun kualitasnya beberapa tahun belakangan. Hal ini
karena bermunculan film - film horror yang cerita seram dan penuh misteri bukan
daya tarik utamanya, tetapi adegan panas dan aktris seksinya. Sebagai penyuka
film horror, dulu, saya tidak berharap banyak jika sebuah film horror Indonesia
dirilis. Tapi pada awal tahun 2017, para sineas dari dunia perfilman horror
Indonesia tampaknya mulai serius menggarap film - filmnya. Salah satu film
horror hasil karya anak bangsa yang patut mendapat apresiasi baru saja saya
tonton tadi malam. Judulnya 'Pengabdi Setan'.
Film horror karya Joko Anwar ini bercerita
tentang sebuah keluarga yang tinggal di daerah pinggiran kota di tahun 80-an.
Keluarga ini terdiri dari bapak, ibu, keempat anak mereka, yaitu: Rini, Toni,
Bondi dan si kecil Ian yang tuna rungu. Mereka juga tinggal bersama nenek yang
duduk di kursi roda (ibu dari bapak). Ibu mereka yang dahulu seorang penyanyi
menderita sakit dan tidak bisa bangun dari tempat tidur. Jika butuh sesuatu,
ibu memanggil anggota keluarganya dengan bel. Rini (Tara Basro) sebagai anak
tertua dan sang ayah berusaha memutar otak demi mendapatkan uang untuk biaya
pengobatan ibu. Rini sendiri sudah berhenti kuliah, supaya adik - adiknya tetap
bisa sekolah.
Suatu malam, Rini terbangun karena
mendengar suara bel dari kamar ibunya. Ia bingung melihat ibunya berdiri
didepan jendela kamar. Ketika ditanya, ibu tidak menjawab. Ternyata itu adalah
sosok menyeramkan yang mirip ibu, sedangkan ibu sendiri masih ditempat tidur, berusaha
memperingatkan Rini. Rini kemudian terbangun dan menyadari bahwa itu hanyalah
mimpi. Namun, tak lama Rini mendengar suara bel ibu. Kali ini ibu benar - benar
terbagun dan berdiri didepan jendela. Rini menepuk pundak ibu yang berdiri
dengan mulut menganga dan kemudian jatuh tak sadarkan diri. Rini memanggil
bapak dan adik - adiknya. Bapak memberitahu anak - anaknya jika ibu mereka
sudah tiada.
Keesokan harinya, ibu dimakamkan di
pemakaman dekat rumah mereka, dibantu seorang ustadz dan para tetangga. Ustadz
menghimbaui bapak agar mereka sekeluarga terus mendoakan ibu. Hendra (anak dari
ustadz) juga turut mengucapkan belasungkawa kepada Rini.
Sehari setelahnya, bapak pamit kepada anak
- anaknya pergi ke kota untuk suatu urusan. Rini pun bertanggung jawab menjaga
nenek dan adik - adiknya. Setelah kepergian ibu keluarga Rini mulai dihantui
sosok ibu. Ibu menghantui Toni, meminta untuk menyisiri rambutnya, karena
semasa ibu hidup, tiap malam Toni melakukannya untuk ibu. Bondi dan Ian yang
tidur sekamar melihat sosok ibu saat pergi ke kamar kecil pada malam hari.
Nenek pun juga dihantui.
Suatu pagi, Bondi dan Ian menemukan nenek
didalam sumur dalam keadaan meninggal. Bondi sangat shock dan kemudian demam.
Di hari pemakaman nenek, Hendra berkata pada Rini bahwa saat pemakaman ibu, ia
melihat sosok wanita berbaju putih yang bukan warga sekitar. Malam harinya
Hendra berkeliling makam mencari wanita tersebut namun tanpa hasil.
Ditemani Hendra, Rini menemui Pak Budiman,
sahabat nenek yang dicantumkan di surat peninggalan nenek. Pak Budiman
bercerita tentang bapak, ibu dan nenek. Nenek sempat tidak setuju ketika bapak
ingin menikah dengan ibu, karena ibu seorang seniman dan nenek curiga, ibu
tidak berdoa kepada Tuhan. Menurut Pak Budiman, ibu yang dahulu kesulitan
mendapatkan keturunan menjadi pengikut sekte pemuja setan dan meminta agar
diberi keturunan kepada iblis. Ia juga berkata bahwa anak terakhir ibu harus
dikorbankan. Pak Budiman yang ternyata mengerti dunia supranatural memberikan
sebuah majalah mistis yang berisi artikel tulisannya kepada Rini untuk dibaca.
Rini yang tidak percaya tahayul menganggap
tulisan Pak Budiman omong kosong. Ia juga heran kenapa Hendra, yang notabene
nya merupakan anak seorang ustadz justru tertarik dengan hal - hal begituan.
Toni adiknya pun juga percaya dengan hal itu karena didukung berbagai fakta
(ingin tahu? silakan nonton sendiri ya.. hehe).
Teror demi teror terus menghantui keluarga
Rini. Hantu yang berwujud nenek berusaha menyerang Ian, yang menurut Pak
Budiman akan diambil oleh para pegabdi setan, karena merupakan anak terakhir
ibu. Puncaknya adalah ketika para anggota sekte berdatangan menuju rumah
mereka. Keluarga Rini pun meminta pertolongan kepada pak ustadz dan Hendra.
Mereka tinggal beberapa hari di rumah pak ustadz.
Saat Pak Budiman menghubungi Rini karena
ada hal yang penting berkaitan dengan sekte tersebut, Hendra menawarkan diri
untuk pergi ke rumah pak Budiman. Pak Budiman menyerahkan artikelnya baru
kepada Hendra untuk dibaca Rini. Dalam perjalanan, Hendra mengalami kecelakaan
dan meninggal seketika, terlindas mobil.
Ketika jenazah Hendra dipulangkan, Rini
menemukan amplop berisi artikel tersebut namun belum sempat membacanya. Malam
harinya, bapak pulang dan menjemput anak-anaknya. Bapak menangis mengetahui nenek
telah meninggal. Iapun meminta anak - anaknya untuk berkemas karena bapak
berencana membawa mereka pindah ke rumah susun di kota.
Sambil menunggu mobil jemputan mereka
datang pada sore hari, keluarga tersebut berkemas. Hingga malam hari, anehnya
mobil tersebut tak kunjung datang. Pak ustadz datang ke rumah Rini untuk
mengucapkan salam perpisahan dan meminta maaf karena tidak bisa membantu
banyak.
Saat kembali diteror pada malam hari, Rini
akhirnya membaca artikel terbaru Pak Budiman. Iapun menceritakan isi artikel
itu kepada Toni. Katanya, anak terakhir yang akan dikorbankan itu adalah
titisan iblis sesungguhnya dan para anggota sekte datang bukan untuk mengambil
anak itu, tetapi memberi tanda pada penjemputnya, yaitu para hantu (pocong,
kuntilanak dsb.)
Bondi yang saat itu tidur sekamar dengan
Ian terbangun mendengar suara - suara. Ia melihat Ian (yang tuna rungu)
berbicara ke arah luar jendela. Saat ditanya, Ian pun berkata dengan lancar,
bahwa ia sedang bicara dengan teman - temannya, yang ternyata para hantu. Bondi
yang ketakutan berlari keluar. Rini, Toni dan Bondi melihat pak ustadz terjatuh
bersimbah darah.
Rini dan keluarganya melihat Ian yang
berjalan keluat menuju para anggota sekte sambil memanggil - manggil bapak.
Merekapun berusaha keluar dari rumah, namun dihalang - halangi oleh para hantu.
Saat mereka benar - benar terpojok, pak Budiman datang menyelamatkan mereka dan
sebelum para hantu mendekat mereka sudah pergi menaiki mobil Pak Budiman.
Flash
forward setahun kemudian, Rini sekeluarga yang
telah tinggal disebuah rumah susun pintunya diketuk oleh tetangganya yang
membawakan mereka makanan. Wanita muda itu berkata, jika mereka membutuhkan
makanan, bisa datang kerumahnya. Semua tampak baik - baik saja.
Tapi film ini berakhir menggantung. Kamera
beralih pada suami wanita pemberi makanan dan sang suami bertanya untuk
memastikan bila makanan sudah diberikan. Ia kemudian menambahkan, "kita
harus bikin mereka betah tinggal disini". Entah apa artinya itu, tetapi
mereka tampak creepy dan sepertinya
merupakan anggota sekte. Kemungkinan akan ada sekuel dari film ini.
Saya suka kompleksitas ceritanya. Layer
demi layer misteri ditampilkan dengan cukup apik, mengalir dan tidak terlalu
cepat, sehingga penonton bisa menikmati setiap kejutan di ceritanya. Alurnya
juga cukup unpredictable. Menurut
saya, itu merupakan kekuatan dari film ini, selain dialog dan jumpscare nya. Sosok - sosok seram tidak
terlalu banyak muncul, namun sekali muncul, membuat jantung saya mau copot
rasanya. Saya mengapresiasi usaha dari film ini dalam setiap adegan -
adegannya. Bagi saya, adegan yang benar - benar ekstrim adalah saat Hendra
kecelakaan dan masuk kebawah mobil hingga terlindas. Efek dan pengambilan
gambarnya bagus. Saya juga cukup puas dengan akting para pemain film ini.
Akting mereka tidak terlalu berlebihan dan bisa dibilang natural. Semoga
dikemudian hari, semakin banyak film - film horror berkualitas karya anak
bangsa. Saya jadi menunggu - nunggu kemungkinan sekuel Pengabdi Setan :)
Aku udah penasaran sama film ini dari kapan hari... Cuman belum semoet nonton... Compare to valak, menurutmu gimana nov tingkat kesereman nya? Hehe.. Dan btw nice review nanti aku minta semua film yang rekomended ya nov kalo ketemu
BalasHapusMasih lebih serem Valak sih sebenernya :D tapi jumpscare nya sama Man.. Siapp Man, thanks udah mampir :)
Hapus